Selasa, 17 September 2013

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN ASURANSI


Dalam hidup semua bisa terjadi , seperti bertambahnya usia dan bertambahnya resiko. Banyak orang punya asuransi - tapi dia tidak memiliki proteksi.
Bahkan ada yang memiliki banyak  asuransi - Tapi proteksi yang dimiliki TIDAK dapat membantu menjawab kebutuhannya.

Bagaimana Menghitung Proteksi Asuransi yang harus dimiliki ?.

Kebanyakan orang Indonesia kekurangan proteksi asuransi. Istilah pada dunia asuransi adalah underinsure. Alias proteksi yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan sebenarnya. Ujungnya, tentu akan kesulitan. Harapan besar bahwa asuransi akan menghapuskan kesulitan ketika kepala keluarga tidak mampu memberi nafkah, sirna sudah. 



Banyak contohnya. Evita Carolina (39) warga Bekasi dengan tiga anak mengatakan membayar premi asuransi jiwa sebesar Rp 2,8 juta per tahun. Uang pertanggungannya hanya sebesar Rp 50 juta. ”Memang kurang, tetapi belum ada rencana menambah lagi,” ujar ibu rumah tangga yang baru melahirkan anak ketiganya ini. Nurul Pramudya (36) lebih ekstrim lagi. Dia hanya memiliki asuransi pendidikan sebesar Rp 10 juta untuk kedua anaknya. Padahal, sejak suaminya meninggal 9 tahun lalu, dia berjuang sendirian untuk menghidupi kedua anaknya. Jika terjadi risiko meninggal, kedua anaknya hanya akan menerima uang pertanggungan sebesar Rp 10 juta saja. ”Dahulu jumlah itu sudah terlihat besar, tetapi sekarang kecil sekali,” kata Nurul mengakui kecilnya uang pertanggungan yang dia miliki. 

Sementara itu, Fitri Dharmayanti (40) seorang wanita pengusaha di Bengkulu mengatakan dia dan suaminya memiliki asuransi jenis unit link dengan uang pertanggungan Rp 500 juta. Tampaknya uang pertanggungan ini besar. Dengan biaya hidup sebesar Rp 8 juta per bulan, uang pertanggungan ini dapat memenuhi kebutuhan keluarganya selama lima tahun. Setelah lima tahun uang akan habis sementara anaknya yang masih bersekolah di sekolah dasar belum dapat memenuhi biaya hidupnya sendiri. 

Mengapa kebanyakan nasabah asuransi tidak memiliki proteksi yang mencukupi kebutuhannya ? Hal itu terjadi karena nasabah sendiri tidak mengetahui berapa sebenarnya proteksi yang dibutuhkan. Sebagian besar orang membeli asuransi berdasarkan promosi dari agen asuransi, bukan kesadaran mencukupi kebutuhan proteksi. Jadi, antara kebutuhan dan proteksi yang ditawarkan tidak sebanding. 

Selain kurang informasi dari agen asuransi, nasabah juga tidak memiliki kemampuan untuk menghitung berapa kebutuhan proteksinya. Padahal, caranya cukup mudah lho.


Cara menghitung

Ada beberapa metode digunakan untuk menghitung kebutuhan asuransi. Cara pertama adalah menghitung berdasarkan human live value. Metode ini menentukan uang pertanggungan asuransi berdasarkan berapa penghasilan dari seorang kepala keluarga yang disetahunkan. Penghasilan ini dikalikan dengan seberapa lama kira-kira dana tersebut diperlukan oleh ahli waris hingga ahli waris dapat mandiri. Biasanya, yang digunakan patokan untuk waktu ahli waris dapat mandiri adalah seusai dia selesai kuliah. Asumsinya, si anak atau ahli waris itu selesai kuliah dapat bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Uang pertanggungan ini tidak memperhitungkan pertumbuhan dana jika disimpan di bank atau instrumen investasi lainnya.
Jadi misalnya sebuah keluarga Budi dengan ayah, Budi yang berusia 35 tahun, memiliki seorang istri yang tidak bekerja dan seorang anak yang berusia lima tahun. Penghasilan si ayah sebesar Rp 5 juta per bulan. Maka berdasarkan metode human live value, uang pertanggungan asuransi yang diperlukan adalah sebesar Rp 5 juta x 12 x 20 tahun = Rp 1,2 miliar.
Mengapa dikalikan dengan 20 tahun? Waktu 20 tahun itulah merupakan masa yang harus dilindungi. Mengingat si anak saat ini berusia 5 tahun, dalam waktu 20 tahun mendatang dia akan berusia 25 tahun, diharapkan sudah selesai kuliah dan dapat membiayai dirinya sendiri sehingga tidak tergantung lagi dari uang pertanggungan asuransi.
Sehingga keluarga ini memerlukan uang pertanggungan asuransi sebesar Rp 1,2 miliar untuk memproteksi keperluan keluarga selama 20 tahun.
Semakin tinggi uang pertanggungan, semakin tinggi pula premi yang harus dibayarkan. Jika untuk mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp 1,2 miliar premi yang harus dibayarkan terasa mahal, cara ini dapat diganti dengan memperhitungkan pengeluaran, bukan pendapatan.
Seumpama dari pendapatan sebesar Rp 5 juta tersebut ternyata biaya kebutuhan keluarga sebesar Rp 4 juta, maka perhitungannya menjadi Rp 4 juta x 12 x 20 tahun = Rp 960 juta.

Masih ada cara untuk menghitung berapa besarnya uang pertanggungan asuransi, cara kedua adalah income based value (IBV). Dengan cara ini, perlu dihitung berapa dana yang harus diinvestasikan agar dapat menghasilkan uang sebesar Rp 4 juta sebulan seperti contoh di atas untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut. Dana itu harus diinvestasikan pada instrumen investasi yang aman. Saat ini, instrumen investasi yang dikategorikan aman dan memberikan imbal hasil di atas bunga perbankan adalah obligasi negara Indonesia (ORI).
Saat ini, tingkat suku bunga ORI sebesar 7,3 persen, dikurangi pajak 20 persen sehingga didapatkan hasil netto sebesar 5,84 persen per tahun atau 0,48 persen per bulan. Nah, untuk mendapatkan dana sebesar Rp 4 bulan sebagai pengeluaran per bulan dengan bunga sebesar 0,48 persen per bulan berapa besarnya investasi yang diperlukan ?
Cara perhitungannya, Rp 4 juta/0,48 persen = Rp 840 juta. Sehingga idealnya keluarga ini memiliki dana investasi bebas risiko sebesar Rp 840 juta untuk dapat memenuhi pengeluaran sebesar Rp 4 juta per bulan. Dari mana dana investasi ini ? Dana ini didapatkan dari uang pertanggungan asuransi. Sehingga dengan metode IBV, keluarga ini memerlukan uang pertanggungan sebesar Rp 840 juta agar dapat menghasilkan dana sebesar Rp 4 juta per bulan jika pencari nafkah tidak produktif atau meninggal.

Sementara cara ketiga disebut survival based value (SBV). Dengan cara ini, dihitung berapa utang yang harus dilindungi dan berapa penghasilan yang harus dilindungi sampai orang yang ditinggalkan (disebut survival) dapat bekerja. Metode ini mengasumsikan orang yang ditinggalkan akan bekerja dan akan bekerja setelah ditinggalkan kepala keluarga.
Jika menggunakan metode ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Semakin besar uang yang harus dibayarkan, semakin besar pula uang pertanggungan asuransi yang dibutuhkan. Selain itu, semakin tinggi pendidikan dan semakin banyak pengalaman yang dimiliki pasangan, diasumsikan semakin cepat pula dia mendapatkan pekerjaan. Faktor lain yang harus diperhitungkan juga adalah berapa besarnya dana darurat yang dimiliki keluarga tersebut.
Misalnya keluarga Danu (38). Danu berpenghasilan Rp 10 juta per bulan. Si istri, Ani berusia 30 tahun dan baru dua tahun tidak bekerja. Sebelumnya istri bekerja dengan gaji Rp 4 juta per bulan. Keluarga Budi membeli rumah dengan cara mencicil. Rumah tersebut berharga Rp 400 juta dan sisa utang mereka Rp 300 juta. Cicilan per bulan sebesar Rp 1,5 juta. Total pengeluaran keluarga ini Rp 8 juta per bulan. Keluarga Danu memiliki dana darurat sebesar Rp 50 juta. Berapa besar perlindungan yang harus dimiliki keluarga tersebut ?
Dengan memperhitungkan dana darurat yang sebesar Rp 50 juta, dengan pengeluaran Rp 8 juta berarti dana tersebut dapat digunakan untuk menutup biaya hidup sehari-hari selama 6 bulan.
Selain itu, dengan memperhitungkan pengalaman kerja serta keahlian istri, diasumsikan dia akan mudah mendapatkan pekerjaan lagi setelah suaminya meninggal. Jika penghasilan terakhir Rp 4 juta, diperkirakan penghasilan istri jika bekerja kembali ada kenaikan 10 persen, berarti potensi pendapatan keluarga ini sebesar Rp 4,4 juta per bulan.
Ketika mengikat akad kredit, biasanya kreditor diasuransikan seumur kredit tersebut. Jadi jika meninggal, sisa tagihan KPR akan dilunasi oleh uang pertanggungan dari asuransi kredit tersebut. Jadi pengeluaran sebesar Rp 1,5 juta untuk membayar cicilan KPR tidak ada lagi. Biaya hidup turun dari Rp 8 juta – Rp 1,5 juta menjadi Rp 6,5 juta. Dengan pendapatan istri yang sebesar Rp 4,4 juta dan pengeluaran sebesar Rp 6,5 juta, keluarga ini masih kekurangan pendapatan sebesar Rp 2,1 juta per bulan. Jadi Rp 2,1 x 12 x 20 tahun = Rp 504 juta. Nah, Rp 504 juta inilah yang merupakan kekurangan yang harus ditutupi dari uang pertanggungan asuransi. Dengan uang pertanggungan asuransi sebesar Rp 504 juta ditambah dengan istri yang bekerja kembali, maka keluarga ini tetap dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya jika pencari nafkah utama meninggal dunia.
Hasil perhitungan beberapa metode ini berbeda. Pilihlah yang sesuai dengan keadaan keuangan Anda. Jangan cemas dahulu jika hasil perhitungan menyebutkan Anda memerlukan uang pertanggungan hingga miliaran rupiah. Carilah jenis asuransi yang sesuai dengan kantong.

Untuk mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp 1 miliar, jika Anda masih muda sekitar umur 30an dan sehat, biayanya hanya sekitar Rp 3 juta per tahun jika mengambil asuransi berjangka atau term life. Tentu uang premi akan semakin mahal jika usia bertambah dan kesehatan terganggu. 

Oleh sebab itu, janganlah menunda membeli proteksi, demi keluarga tercinta.





SAYA GAK BUTUH ASURANSI



Banyak orang bilang, "saya sudah punya asuransi, saya belum butuh lg", "saya punya asuransi dibayarin sama kantor, jadi saya ngga perlu lagi"

Hal yang sama yang dikatakan oleh paman teman saya,saat dia bekerja di perusahaan asing di indonesia. sebagai pimpinan yang paling disegani disana, beliau mendapat full dana pengobatan ketika beliau terkena sakit jantung.

Namun setelah beliau selesai operasi, ternyata masalah sesungguhnya baru datang menghampiri.

Beliau kesulitan bekerja, karena kondisi badan yang menurun setelah operasi. Beberapa bulan kemudian, beliau terpaksa resign dari kantornya.

Saat ini income berhenti, sedang beliau masih punya anak dan istri yang perlu dibiayai, anak harus sekolah dan kuliah, biaya rumah tangga harus jalan, cicilan harus dibayar, dan pengobatan panjang setelah operasi menyedot uang terus. sedangkan beliau tidak bisa bekerja lagi, dan penghasilan terhenti.

Akhirnya beliau terpaksa menghabiskan uang tabungan pensiun yang dikumpulkannya selama puluhan tahun bekerja.

Dari cerita ini, kita bisa melihat pentingnya punya asuransi kondisi kritis , bukan hanya asuransi kesehatan hospital benefit . Asuransi kesehatan hanya asuransi lapis pertama disaat sakit.

Namun setelahnya, proses penyembuhan bertahun2, membutuhkan uang yang lebih banyak lagi. begitu pula pengeluaran rutin keluarga yang harus dibayar. Pertannyaannya, uangnya darimana?


Disinilah peranan asuransi lapis ke2, cash insurance , dimana ketika kondisi  kritis terjadi, bisa keluar dana cash keras senilai manfaat yang diambil, yang bisa  didepositokan atau dibelikan ORI dan bunganya dapat digunakan untuk membayar pengobatan menahun, maupun biaya rumah tangga yang tidak tercover oleh asuransi kesehatan.

semoga bermanfaat.

UNTUNG MANA NABUNG DI BANK DAN DI ASURANSI ?


Judul diatas banyak saya jumpai pada saat bertemu calon nasabah. Tentunya dari kita selalu pingin uang nya selalu nambah banyak gak mau hilang ,betul ?.karena kalo salah langkah bisa menjadi penyesalan dibelakang hari. Cara yang paling gampang mau ngumpulin uang yaitu menabung. Ada beberapa perbedaan manfaat yang didapat apabila nabung di bank dan di asuransi kesehatan .Berikut perbedaan nya :

1.      Nabung di bank Rp.1 jt/bl  untuk menjadi Rp. 120 juta butuh waktu 10 th.kalo sehat terkumpul .Kalo tidak sehat justru saldonya diambil buat biaya berobat .Di asuransi , sakit kritis sudah disiapkan dana untuk berobat , tabungan diterusin sampai usia 65 th.
2.      Di bank  cash in transit  bisa diambil kapan saja sesuai jumlah setoran ada fasilitas pembayaran PLN, Telpon, PAM , perkembangan nilai investasi kecil.Di asuransi tujuan untuk jangka panjang, baru BEP paling cepat tahun ke 8 ( tergantung kinerja investasi rata-rata 16-18% per tahun ).Ada fasilitas  rumah sakit dan  100 kondisi kritis sampai usia 100 th, nilai investasi baru kelihatan signifikan setelah 20 th kedepan.
3.      Di bank semua orang bisa buka rekening, di asuransi kesehatan yang boleh buka rekening hanya yang sehat saja.
4.      Kalo mau nabung Di bank buka rekening harus di kantor bank , Di asuransi bisa buka rekening di rumah tidak perlu antri bisa menggunakan auto debit kartu kredit dapat poin reward  lagi hehehe.

Demikian , semoga apa yang disampaikan bermanfaat bagi pembaca.

Kamis, 12 September 2013

Tips Memilih Asuransi Kesehatan


Banyak sekali perusahaan asuransi yang gencar dalam promosi produk asuransi kesehatan baik di media cetak maupun media online , Televisi ,Radio.Namun  bagi masyarakat iklan yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kebingungan untuk memilih produk asuransi yang tepat yang sesuai kebutuhan.Jangan tergiur dengan janji janji iklan sebaiknya dipelajari dulu sebelum mengambil keputusan. Berikut tips dalam memilih asuransi kesehatan :
  1. Tentukan terlebih dahulu produk asuransi kesehatan seperti apa yang dibutuhkan, apabila anda karyawan di perusahaan biasanya sudah diikutkan oleh pihak perusahaan ke ASKES atau asuransi kesehatan yang lain. Kemudian apakah sudah mengcover semua anggota keluarga.
  2. Cari premi yang paling murah, tapi bukan murahan , artinya dengan jumlah manfaat yang sama tetapi preminya lebih murah .Sehingga bisa maksimal proteksi yang didapat
  3. Mudah pada saat klaim ,pelayanan  yang baik dan cepat pada saat proses klaim juga merupakan pertimbangan yang penting pada saat  menentukan. Ada customer care 24 jam, Anda bisa tanyakan kepada nasabah perusahaan asuransi tersebut yang sudah bergabung sebelumnya disekitar anda.Bisa teman , saudara , tetangga .
  4. Perusahaan yang sudah punya nama ,faktor perusahaan juga sangat menentukan,sudah berapa lama berdiri? Laporan keuangannya ? berapa  RBC ? Penghargaan apa saja yang sudah diterima ? rangking perusahaan di FORTUNE 500 atau FORBES.com
  5. Lingkup Layanan  Luas, Jaringannya luas tidak hanya di dalam negeri saja tetapi juga bisa diluar negeri.
  6. Rumah sakit rekanan yang banyak, pilih yang mempunyai jaringan rumah sakit rekanan yang banyak terutama disekitar tempat tinggal anda.
Demikian tips dari saya semoga bisa membantu anda menetukan pilihan asuransi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan anda dan keluarga.

Rabu, 11 September 2013

Pengalaman Membantu Klaim Nasabah


Pengalaman pertama membantu Nasabah klaim asuransi kesehatan penyakit kritis yaitu pada tahun 2010, Beliau merupakan teman dekat penulis,berposisi sebagai Area Manajer di sebuah perusahaan farmasi .Beliau menjadi Nasabah Allianz pada bulan Maret 2009 mengambil Asuransi kesehatan Allianz penyakit kritis ( Critical illness )dan pada bulan November 2010 terkena stroke di usia 37 th.Setelah dokumen lengkap dari rumah sakit dan surat pernyataan dari dokter yang merawat maka proses klaim dimulai.Perasaan bingung dan kawatir menunggu proses klaim sempat saya alami.Tapi Alhamdulillah klaim diterima dan beberapa hari kemudian dana ditransfer langsung ke rekening nasabah sebesar manfaat yang diambil .Dari pengalaman ini bagi para nasabah yang mengambil program asuransi kesehatan yang terpenting adalah pihak keluarga harus tahu program asuransi apa yang diambil ?, dari perusahaan mana ?, siapa agent nya atau kantor perwakilan pada saat buka polis  sehingga memudahkan pada saat proses klaim.Dalam kondisi  perawatan di rumah sakit bisa jadi nasabah tidak sadarkan diri tidak mungkin   pihak agent berkomunikasi dengan nasabah . 
Pengalaman klaim yang kedua adalah pada saat keponakan penulis mendapat musibah kecelakaan motor pada tahun 2011, dan mengalami patah  kaki dan tangan.Asuransi kesehatan yang diambil adalah asuransi santunan harian rumah sakit (flexi care). Manfaat yang didapat adalah santunan harian sebesar plan yang diambil x jumlah hari di rumah sakit dan santunan pembedahan ( bedah mayor , sedang ,minor)  .setelah   dokumen lengkap  dana langsung dikirim ke rekening nasabah.


Minggu, 08 September 2013

Asuransi kesehatan Allianz cover 100 kondisi kritis

Akhir-akhir ini, serangan jantung pada masyarakat yang berusia muda kerap kali terjadi. Itu terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Serangan jantung adalah salah satu contoh penyakit kritis, di mana sebanyak 61 persen dari kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kritis.
Serangan jantung, atau penyakit kritis lainnya, seperti kanker, membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Dana yang digelontorkan masyarakat untuk penyakit kanker bisa puluhan hingga ratusan juta. Karena penyakit kritis seperti itu penanganannya tidak bisa sekali saja, tetapi kontinyu.Penyebabnya bisa jadi pola hidup yang tidak sehat, stres, polusi udara seperti yang terjadi di kota kota besar di Indonesia.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan asuransi kesehatan tersebut Allianz mengeluarkan rider baru yaitu CI 100 ( Critical illness 100 kondisi kritis ) adapun untuk mengetahui lebih lanjut produk CI 100 sebagai berikut :








Nikmati hidup 100% dengan perlindungan CI100 yang merupakan pertanggungan tambahan produk Allianz Smartlink yang berlaku hingga usia 100 tahun.
Fitur Produk
Usia Masuk
5-70 tahun (ulang tahun berikutnya)
Masa Pertanggungan
sampai dengan Usia Tertanggung Mencapai 100 tahun (ulang tahun berikutnya)
Mata Uang
Rupiah (IDR) dan hanya berlaku terhadap Polis Dasar Rupiah
Cara & Masa Pembayaran Premi
Mengikuti Polis Dasar
Biaya  Asuransi tambahan Rider CI100
  • Dihitung berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, perokok/bukan perokok
  • Premi meningkat sesuai Usia
  • Biaya Asuransi dipotong dari unit Premi secara bulanan sampai dengan masa pertanggungan berakhir
Masa Eliminasi
90 hari setelah tanggal dimulainya pertanggungan manfaat tambahan Rider CI100
Survival Period
7 hari untuk semua kondisi penyakit
Underwriting
Full Underwriting
Multiple Claim
Anda berhak mengajukan klaim lebih dari satu kali, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam buku Polis
Uang Pertanggungan
Minimum Rp 8.000.000 Maksimal sama dengan Uang Pertanggungan Produk dasar tapi tidak boleh melebihi dari Rp 2.000.000.000

Manfaat Produk
Perlindungan terhadap tertanggung dimulai dari kondisi awal sampai dengan kondisi akhir. Bahkan, untuk beberapa penyakit kritis, nasabah diberikan perlindungan hingga kondisi terparah.

Kamis, 05 September 2013

Selamat datang di blog Asuransi kesehatan Allianz indonesia

Alhamdulillah, Blog Asuransi kesehatan Allianz baru diterbitkan hari ini,semoga bisa bermanfaat bagi diri penulis dan pengunjung yang ingin mengetahui informasi mengenai asuransi kesehatan Allianz secara online .
Penulis  bergabung dengan Allianz  sejak Juni 2008 di Jakarta melalui BUSS agency yang waktu itu masih berkantor di Gedung Menara Rajawali Kuningan Jakarta. Mulai tahun 2010 penulis  pindah domisili di kantor perwakilan Allianz di Ruko Paskal Hyper Square blok A 38 Jl.Pasirkaliki no.25-27 Bandung.

Baik lah mari kita mulai membahas Apa itu asuransi kesehatan : pasti sebagian besar dari kita sudah  tahu banyak jenis dari asuransi mulai dari asuransi jiwa , asuransi mobil, asuransi kebakaran ,asuransi perjalanan, asuransi kecelakaan diri.
Mengapa kita butuh asuransi kesehatan ?
 berdasarkan data dari WHO : Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk. Namun, hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari perawatan di RS. Serangan jantung masih menjadi pembunuh manusia nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 persen dari seluruh kematian, biaya pengobatan untuk penyakit kanker  cukup tinggi biaya kemoterapi 9 juta  x 30 kali kunjungan .biaya bypass jantung di RS Harapan Kita Jakarta bisa mencapai ratusan juta.Banyak dari kita yang tidak siap. 

Asuransi kesehatan adalah asuransi yang memberikan perlindungan terhadap tertanggung dari resiko terjadinya sakit baik yang dirawat di rumah sakit maupun penyakit kritis yang tidak dirawat di rumah sakit sesuai  perjanjian di dalam polis.

Jenis Asuransi kesehatan :
Ada beberapa jenis asuransi kesehatan yang pertama berdasarkan :Jumlah peserta ada
 1.Asuransi kesehatan Individu
yaitu asuransi kesehatan yang diikuti oleh orang per orang
2. Asuransi kesehatan kumpulan
,yaitu asuransi kesehatan yang pesertanya diatas 10 orang ,baik itu atas nama perusahaan atau organisasi

Jenis asuransi kesehatan yang kedua adalah berdasarkan Jenis manfaat yang diberikan
1.Asuransi kesehatan Santunan harian ( flexi care)
yaitu manfaat yang diberikan dihitung berdasarkan jumlah hari di rawat di rumah sakit contoh: Si Fulan ikut asuransi kesehatan dengan manfaat santunan harian 300 ribu ,kemudian 3 bulan kemudian si Fulan dirawat di rumah sakit karena demam berdarah selama 7 hari maka manfaat asuransi kesehatan yang didapat adalah 7 hari  x 300.000 = 2.100.000. Untuk proses klaimnya nasabah melakukan pelunasan terlebih dahulu kemudian bukti pembayaran dan dokumen yang diperlukan dibawa ke Allianz untuk proses reimbursement.apabila dokumen sudah lengkap maksimal 14 hari sudah ditransfer ke rekening nasabah.
2.Asuransi kesehatan Hospital benefit ( maxi violet)
 yaitu asuransi kesehatan yang memberikan manfaat lebih lengkap yaitu meliputi biaya kamar,biaya dokter ,biaya pembedahan,biaya obat,biaya ambulance contoh si Fulan ikut asuransi kesehatan hospital benefit paket kamar 300 ribu. kemudian 3 bulan kemudian si Fulan dirawat di rumah sakit karena usus buntu selama 7 hari maka manfaat yang di dapat adalah 1.biaya kamar 7 hari  x
300 ribu = 2.100.000  2.biaya kunjungan dokter  7 hari x 100.000 = 700.000 3.biaya pembedahan untuk operasi usus buntu = 3.000.000 4.biaya obat-obatan dan administrasi =2.500.000 jadi total manfaat yang didapat oleh si Fulan adalah Rp.8.300.000
3.Asuransi kesehatan Penyakit kritis ( Critical illness)
yaitu asuransi kesehatan yang memberikan perlindungan terhadap penyakit kritis,kriteria penyakit kritis tercantum didalam polis .Contoh si Fulan usia 30 th ikut asuransi kesehatan penyakit kritis dengan total manfaat sebesar 200 juta, kemudian 10 th kemudian karena kondisi kesehatannya menurun dan pola makan yang tidak dijaga  si Fulan terkena Serangan Jantung yang mengakibatkan harus dirawat di rumah sakit dan dilakukan tindakan pembedahan  di RS Jantung Harapan Kita dengan biaya 100 juta.Maka manfaat yang didapat si Fulan adalah  sebesar 200 jt walaupun biaya pengobatan habis hanya 100 juta.